Minggu, 14 September 2014

Secantik Mutiara

"Tiara...Tiara..." panggil ibu paruh baya,pagi itu di sebuah kontrakan yang sederhana
"ya mah..." jawab gadis cantik yang baru keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang tergerai basah sedang di usap-usapnya dengan handuk warna putih-pink. Sungguh cantik gadis yang cukup matang itu. Bau harum semerbak dari segar tubuhnya membuat siapapun betah berlama lama di kontrakan itu.
"mama mau berangkat dulu,kamu jangan lupa sarapan ya?"
"yes mami..."
"oh ya...kalau mau pergi pintu dan jendelanya di kunci..."
"iya...iya..."
Bu Hamidah,mamanya Tiara keluar dari kontrakan di lepas oleh anak semata wayangnya itu. Begitulah memang setiap pagi,bu Hamidah yang janda dengan anak satu harus bekerja keras untuk menghidupi diri dan anaknya. Dia bekerja sebagai tukang jahit di kios kecilnya di pasar tradisional.

"langsung berangkat kah ini?" tanya cowok ganteng setelah Tiara naik ke motornya
"nggak... Besok aja kita berangkatnya" jawab Tiara seenaknya
"gitu aja marah...cepet tua lho.."
"ye..siapa juga yang marah?"
"la itu...mukanya di tekuk begitu"
"ah...udah..udah ayo berangkat,tar keburu telat lagi"
"iya deh,,siap tuan putri... Saya akan antar kemanapun tuan putri mau.."
Tiara hanya senyum mendengar bualan Doni yang langsung menstater motornya.
Tiara dan Doni melaju menyusuri jalanan kota yang telah ramai. Tangan Tiara membelit mesra pinggang Doni. Seakan keduanya tak dapat di pisahkan lagi. Dua sejoli yang sedang di mabuk asrama eh..asmara itu memang sudah berencana melanjutkan hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Hanya saja sekarang mereka masih fokus kuliah.

"Tiara...sini sayang...mama mau ngomong sama kamu..."
"ada apa sich mah?" Tiara mendekat pada mamanya dan duduk di sebelahnya.
"mama mau ngomong sama kamu..... Kamu kan udah dewasa,sudah saatnya menikah...mama sudah pingin sekali gendong cucu"
"???" Tiara kaget mendengar kata mamanya yang tak biasanya.
"mama kok ngomong gitu? Gak biasanya... Tiara kan masih kuliah mah..."
"soal kuliah kan masih bisa di lanjut setelah kamu menikah,mama sudah semakin tua sayang...entar kalau mama keburu di panggil sama Yang Kuasa gimana? Kamu nggak ada yang jagain"
"tapi mah..."
"tadi siang pak Burhan kesini dan dia bilang mau melamar kamu"
"hah..!!?? Pak Burhan...???"
"iya"
"bukannya pak Burhan sering kesini tuh lagi pedekate sama mama?"
"hus..!! Ngawur...sejak papa kamu meninggal,mama sudah bersumpah untuk tidak menikah lagi. Mama cuma mau fokus sama kamu"
"mah....tapi....mama lagi nggak becanda kan??" Tiara masih belum bisa percaya mendengar perkataan mamanya. Dia melihat ke mamanya namun mamanya tak memperlihatkan tanda sedang bercanda
"mama terima begitu saja lamaran pak Burhan?" Tiara menambahkan
"iya.."
"tanpa tanya dulu sama Tiara??"
"mama nggak ada pilihan sayang"
"pilihan...?? Maksud mama..??"
Tiba tiba mata bu Hamidah berkaca kaca,
"mama banyak hutang sama pak Burhan...dan mama tak tau mau bayar pake apa..."
"terus mama mau bayar pake diri Tiara gitu?!?"
Bu Hamidah menarik nafas yang terasa sangat berat
"pak Burhan tak pernah menagih utang mama...bahkan dia selalu bilang untuk tidak usah memikirkan tentang hutang... Hingga ketika dia bilang mau menikahi kamu,mama tak kuasa untuk menolak"
"Tiara kecewa sama mama..."
"Tiara....tolong kamu mengerti posisi mama ya sayang..."
"emang utang mama sama pak Burhan berapa? biar Tiara cari kerja untuk bayar utang mama"
"....lima belas juta"
"what!!!!???....lima belas juta??"
Bu Hamidah mengangguk,sementara Tiara bengong.
"astaghfirlahal'adzim mah... Kok mama sampe hutang sebanyak itu untuk apa mah?"
"tentu saja buat makan sama biaya kuliah kamu. Penghasilan mama hanya cukup buat keperluan sehari hari sedang untuk biaya kuliah kamu mau tak mau mama harus pinjam sana sini termasuk pak Burhan"
Tiara tak dapat berkata kata. Seluruh persendian tubuhnya seakan lepas. Tiara terduduk,kini betapa ia tahu beban mamanya menanggung diri dan kuliahnya.
"maafin Tiara mah... Tiara emang selalu nyusahin mama"
"tidak Tiara... Mamalah yang harusnya minta maaf sama kamu...."
Keduanya berpelukan dan menangis
"Tiara sama sekali tak ingin mengecewakan mama,tapi bagaimana dengan Doni mah..?" kata Tiara sambil melepas pelukannya
"ya....kamu ngomonglah baik baik sama Doni"
Tiara hanya terdiam. Entah kata apa dan bagaimana cara menyampaikannya kepada kekasihnya,Doni. Cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba berganti mendung kelabu seakan ikut merasakan kesedihan yang sedang di alami Tiara.

BERSAMBUNG